Jumat, 20 Mei 2011

the truth in the midst of hypocrisy

aku..tak kan pernah mampu menggugat sang takdir..
dikala aku merindukan mu..
teramat sangat..
yang bisa kulakukan hanyalah selipan do'a untuk mu..
ayah

dikala aku mempunyai banyak cerita untukmu..
yang bisa kulakukan hanyalah memendam cerita-cerita hari ku..
taukah kau?
.
dikala semua terasa berat..
mampu kah aku menjadi kuat?
aku bertanya-tanya ayah..

dikala semua seharusnya terasa menyenagkan
aku hanya pergi menembus khayalan..
belum sanggup aku menafsirkan keramaian

taukah kau ayah..

aku berfikir bahwa aku hanyalah seorang yang munafik

diluar mungkin aku tertawa, tersenyum
tapi toh nyatanya aku takkan sanggup..
tak kan sanggup menahan air mata ini
aku merindukan keberadaan mu

aku bertingkah layaknya orang yang kuat
aku berjalan tegap..
tapi toh nyatanya aku orang yang rapuh
selalu meringkuk dalam sedu..

aku ingin menjadi kuat..saat yang lain lemah
untuk melindungi dan menguatkan yang lain
aku ingin menjadi penghibur..saat yang lain sedih..
untuk menjadi semangat dan pelenyap kesedihan
tapi..
aku hanyalah seorang biasa..
yang juga ingin dikuatkan, karena aku rapuh
yang juga ingin dihibur, karena aku juga mempunyai kesedihan

semua memang ada masa nya..
tapi ditinggalkan bukanlah hal yg mudah..

tak kan semudah menghancurkan kursi kosong

tak kan selamanya cerita cerita ini aku pendam
hingga aku berfikir untuk tidak melanjutkan semua cerita-cerita kosong
ya...bagiku semua cerita-cerita hidup ku ini omong kosong munafik..

lelah..lelah rasanya..
ijinkan aku beristirahat..

hingga aku merasa mampu untuk melenyapkan semua kemunafikan ini..
akan kubuat semua kebaikan dan cita menjadi nyata
aku akan kuat
akulah penghibur
cerita ku ialah cerita yang berharga
dan senyum ku bukanlah topeng

ayah...mungkin aku akan cukup lelah dengan semua ini.. 


Wahrheit in der Mitte der Heuchelei


Di dalam ringkukan aku menulis untuk mu..
Yogyakarta, 20 Mei 2011
Ony Hertriandita A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar